MENGATASI TEKANAN BATIN


Saya yakin Anda pasti akan tertawa, atau minimal tersenyum ketika melihat gambar di atas. Sang fotografer berhasil menangkap 'action' yang menarik juga lucu dari seekor orang utan. Bisa jadi hanya kebetulan mujur si fotografer bisa mengabadikan action menarik si kera. Tapi tahukah Anda, adalah sebuah kenyataan bahwa seekor orang utan pun bisa stres karena keadaan tertentu?! Bagi mereka yang mempelajari tingkah laku para fauna, kenyataan tersebut tidaklah mengherankan. Bisa kita bayangkan, kalau binatang saja bisa stres, apalagi manusia.

Mazmur 94:19, "Apabila bertambah banyak pikiran dalam batinku, ...penghiburan-Mu menyenangkan jiwaku." LAI

Mazmur 94:19, "Apabila hatiku cemas dan gelisah, Engkau menghibur dan menggembirakan aku." BIS

Memang harus diakui, banyaknya hal yang kita pikirkan dapat membebani jiwa/batin kita. Hal itu terjadi karena timbulnya kecemasan & kegelisahan. Keadaan seperti ini bukanlah hal yang asing bagi semua manusia yang hidup di bumi ini. Bahkan bila ada orang yang mencoba menghindari masalah-masalah kehidupan dengan cara mengasingkan diri di dalam sebuah hutan, maka ia tetap akan mendapatkan,  bahwa ’lalu lintas’ di dalam kepalanya tetap saja ’padat merayap’, dengan beban pikiran karena banyaknya masalah yang datang (bila Anda mengetahui kisah ”Robinson Crusoe”, saya yakin Anda akan setuju dengan saya). Masalah bukan sesuatu yang 'memandang tempat'. Ia tidak akan sungkan-sungkan & tanpa permisi akan menyambangi kita, baik kita siap atau tidak, bahkan di dalam hutan sekalipun.

Padatnya lalu lintas pikiran dalam kepala juga dialami Daud, yang notabene adalah seorang pembunuh raksasa. Sekalipun di saat remaja ia pernah membunuh singa, beruang juga Goliath sang raksasa Filistin, ternyata ia cukup kewalahan dengan banyaknya pemikiran dalam batinnya. Ayat di atas memang menunjukkan sisi manusiawi Daud. Bukan hanya itu, keadaan jiwa yang tertekan, adalah keadaan yang sering ia alami. Simak saja kalimat "Mengapa engkau tertekan, hai jiwaku, dan gelisah di dalam diriku?", ada di beberapa tempat dalam kitab Mazmur (Mazmur 42:6; 42:12; 43:5). Sekalipun demikian, Daud adalah pribadi yang mengenal siapa penghibur batinnya. Ia tahu siapa yang dapat memberikan kekuatan, kesegaran, dan penghiburan yang melampaui segala akal. Daud tidak mencari penghiburan di tempat-tempat hiburan semata (sekalipun namanya tempat hiburan, bukan berarti dapat benar-benar menghibur). Penghiburan utamanya adalah dari Tuhan.


Mazmur 42:6, Mengapa engkau tertekan, hai jiwaku, dan gelisah di dalam diriku? Berharaplah kepada Allah! Sebab aku akan bersyukur lagi kepada-Nya, penolongku dan Allahku! 

Yang menarik dari Daud adalah, hasratnya akan Tuhan tidak surut sekalipun ia mengalami stres. Perhatikan ayat berikut:

Mazmur 42:5, "Inilah yang hendak kuingat, sementara jiwaku gundah-gulana; bagaimana aku berjalan maju dalam kepadatan manusia, mendahului mereka melangkah ke rumah Allah dengan suara sorak-sorai dan nyanyian syukur, dalam keramaian orang-orang yang mengadakan perayaan." 

Pada umumnya, kegairahan orang pada Tuhan akan menurun, seiring dengan meningkatnya tekanan/beban dalam batin. Namun Daud berbeda, walau di tengah tekanan batin, ia tetap seorang pencari Tuhan yang cepat juga radikal. Luar biasa bukan? Yap, ... tapi apa resepnya? Resepnya sederhana saja, Daud telah belajar berharap hanya kepada Tuhan dari sejak awal kehidupannya. 
Sebagai seorang gembala kecil, yang menggembalakan hanya 2-3 ekor domba, Daud mengenal apa itu "lembah kekelaman" (Mazmur 23:4). Dalam bahasa aslinya (Ibrani), lembah ini disebut sebagai: lembah bayang-bayang kematian. Sesuai namanya, lembah ini sangat berbahaya untuk dilewati. Nampaknya Daud pernah melalui lembah ini, malah mungkin beberapa kali. Dan setiap kali melewati lembah bayang-bayang kematian, ia harus benar-benar berharap pada Tuhan. Belum lagi, ketika ia harus berurusan dengan ancaman singa & beruang di padang gembalaan.
Akibatnya, berharap pada Tuhan di tengah masalah, menjadi sebuah kebiasaan (habit) Daud, yang kemudian 'mengeras' menjadi karakter unggul dalam dirinya. Sehingga ketika batinnya tertekan, secara alamiah Daud akan mencari Tuhan, mengharapkan kekuatan & penghiburan Tuhan.

Mencari/berharap pada Tuhan di tengah batin yang tertekan merupakan kebiasaan baik yang dapat dipupuk dari sejak remaja. Namun bagi mereka yang telah memiliki karakter 'berharap pada manusia/sesuatu yang bukan Tuhan', maka ia harus mengubah karakter buruk tersebut dengan cara mengubah kebiasaannya. Karena, karakter manusia terbentuk dari kebiasaan yang terus dilakukan. 

Bila kita menghadapi masalah, jadikan momen tersebut sebagai kesempatan untuk mengubah kebiasaan, dari berharap pada manusia/sesuatu yang bukan Tuhan, menjadi berharap kepada Tuhan. Awalnya mungkin berat, tapi bila 'berharap pada Tuhan' terus dilakukan, maka pada saatnya, 'berharap pada Tuhan' menjadi lebih mudah dilakukan.

Share on Google Plus

About Yedija Prima

    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 comments:

Post a Comment