KISAH TRAGIS RAJA SAUL, RAJA PERTAMA ISRAEL DALAM PERJANJIAN LAMA

KISAH TRAGIS RAJA SAUL

Raja Saul adalah salah satu tokoh paling menarik dalam Perjanjian Lama Alkitab. Namanya tercatat sebagai raja pertama Israel, seorang pemimpin yang dipilih langsung oleh Allah melalui nabi Samuel. Namun, perjalanan hidupnya berakhir tragis karena ketidaktaatan.


LATAR BELAKANG RAJA SAUL

Saul berasal dari suku Benyamin, suku terkecil di antara bangsa Israel. Alkitab menggambarkan dia sebagai sosok yang gagah dan tampan, bahkan “lebih tinggi daripada bangsa itu dari bahunya ke atas” (1 Samuel 9:2). Secara fisik, ia tampak sangat layak menjadi pemimpin. Ketika bangsa Israel meminta seorang raja agar mereka serupa dengan bangsa-bangsa lain, Tuhan mengizinkan permintaan tersebut dan memilih Saul untuk memimpin umat-Nya.

PENGANGKATAN SAUL SEBAGAI RAJA

Dalam Perjanjian Lama, kisah pengangkatan Saul tertulis dalam 1 Samuel 10. Nabi Samuel mengurapi Saul sebagai raja, sebuah tanda bahwa ia dipilih Allah untuk memimpin. Pada awal pemerintahannya, Saul menunjukkan keberanian dan mampu mempersatukan bangsa Israel. Ia memimpin kemenangan atas bangsa Amon dan memberikan harapan baru bagi rakyatnya. Saat itu, Kisah raja Saul tampak menjanjikan.

KETIDAKTAATAN YANG MENGUBAH SEGALANYA

Sayangnya, keberhasilan awal raja Saul tidak berlangsung lama. Dua peristiwa penting menjadi titik balik dalam kepemimpinannya:
Persembahan di Gilgal (1 Samuel 13)
Raja Saul tidak sabar menunggu Samuel dan mempersembahkan korban bakaran sendiri. Tindakannya ini dianggap sebagai pelanggaran karena Saul bukan seorang imam.

Perang melawan Amalek (1 Samuel 15)
Allah memerintahkan raja Saul untuk membinasakan seluruh bangsa Amalek beserta ternaknya. Namun, raja Saul justru mengampuni raja Agag dan menyisakan jarahan terbaik. Meskipun ia beralasan ingin mempersembahkan kepada Tuhan, Samuel menegur keras dan menyatakan bahwa “ketaatan lebih baik daripada korban.”
Sejak saat itu, Allah menolak Saul sebagai raja, meskipun ia tetap memimpin Israel dalam status politik.


Daud dan Saul: Perseteruan yang Mencekam
Bagian paling terkenal dari Kisah raja Saul adalah hubungannya dengan Daud. Setelah Daud mengalahkan Goliat, rakyat Israel memuji Daud lebih tinggi dari raja Saul. Rasa iri dan cemburu membuat raja Saul membenci Daud dan berusaha membunuhnya.

Hubungan Daud dan Saul mencerminkan konflik batin seorang pemimpin yang kehilangan arah. Meski Daud beberapa kali berkesempatan membunuh raja Saul, ia menolak karena menghormati raja Saul sebagai “orang yang diurapi Tuhan.” Sikap Daud ini justru semakin menegaskan perbedaan karakter keduanya: raja Saul dikuasai iri hati, sementara Daud hidup dalam kerendahan hati dan ketaatan.

KEJATUHAN RAJA SAUL

Ketika Allah tidak lagi menjawab doa raja Saul, ia mencari jawaban melalui tukang tenung di En-Dor (1 Samuel 28). Ini menjadi bukti bahwa ia semakin jauh dari Tuhan. Puncaknya terjadi dalam pertempuran di Gunung Gilboa melawan orang Filistin. raja Saul terluka parah, dan agar tidak dipermalukan musuh, ia memilih mengakhiri hidupnya dengan pedang sendiri (1 Samuel 31).
Akhir yang tragis ini menandai runtuhnya seorang pemimpin yang awalnya penuh potensi, tetapi gagal menjaga ketaatan kepada Allah.

PELAJARAN DARI KISAH RAJA SAUL

Raja Saul dalam Perjanjian Lama bukan hanya sekadar cerita sejarah, melainkan cermin kehidupan. Ada beberapa pelajaran berharga dari kisahnya:
  • Ketaatan lebih penting daripada ritual. Allah lebih menghargai hati yang taat dibandingkan persembahan besar yang tidak tulus
  • Kepemimpinan sejati datang dari kerendahan hati. Saul kehilangan panggilan karena kesombongan dan ketidaktaatan, sementara Daud dipilih karena hatinya yang berkenan di hadapan Tuhan
  • Iri hati menghancurkan hidup. Perseteruan Daud dan Saul memperlihatkan bagaimana rasa cemburu dapat merusak hubungan, bahkan menghancurkan masa depan seseorang.

Kisah hidup raja Saul adalah pengingat bahwa panggilan Tuhan harus dijaga dengan kesetiaan. Ia adalah raja pertama Israel yang dipilih untuk memimpin, tetapi berakhir tragis karena tidak taat. Melalui kisah ini, Alkitab menekankan bahwa kepemimpinan sejati bukan hanya soal kemampuan, penampilan, atau kekuatan, melainkan hati yang mau tunduk kepada kehendak Allah.

Dalam membaca Kisah raja Saul di Perjanjian Lama, kita menemukan pelajaran yang relevan sepanjang masa: keberhasilan sejati hanya datang melalui ketaatan kepada Tuhan.

Yedija Prima

seorang yang melayani Tuhan karena kehendak-Nya & karena Ia telah mati baginya

Post a Comment

Previous Post Next Post

Contact Form