Mengandalkan Tuhan", ... ya ..., itu dua kata yang nampaknya mudah dilakukan. Dan bila tiap jemaat Tuhan ditanya, "Apakah kita harus mengandalkan Tuhan?" Maka bisa dipastikan mereka akan menjawab: "Ya". Masalahnya, dalam kenyataan hidup sehari-hari, mengandalkan Tuhan adalah sikap yang sulit dilakukan. Umumnya diperlukan latihan & waktu yang cukup lama bagi seseorang untuk benar-benar mengandalkan Tuhan. Bahkan ada saatnya di mana orang akan jatuh bangun dalam hal mengandalkan Tuhan. Dan secara pribadi saya sangat bersyukur, karena Tuhan begitu sabar menantikan kita bisa mengandalkan Dia sepenuhnya.
Ada sebuah pertanyaan: "Mengapa manusia sangat sulit mengandalkan Tuhan?" Untuk menjawab pertanyaan tersebut, mari kita renungkan ayat berikut:
Amsal 3:5, “Percayalah kepada TUHAN dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri.” LAI
Mengandalkan Tuhan, adalah manifestasi dari hati yang percaya kepada Tuhan sepenuhnya. Seseorang akan sulit mengandalkan Tuhan bila ada keraguan dalam hatinya. Pada ayat di atas, kita melihat sebuah penghalang besar bagi manusia untuk dapat percaya. Dan penghalang tersebut adalah 'pengertian sendiri'. 'Pengertian sendiri' adalah musuh utama iman. Selama 'Pengertian sendiri' masih 'bekerja' dalam hidup manusia, nampaknya iman juga akan selalu terhambat. 'Pengertian sendiri' & iman bagai air & minyak. Keduanya mustahil bisa ada di satu 'tempat' yang sama.
Yang dimaksud dengan 'Pengertian sendiri' di sini adalah hikmat manusia. Karena berdasarkan bahasa asli Alkitab, yang dimaksud dengan "pengertian" adalah hikmat atau pengetahuan. Maka, penghalang utama yang mempersulit manusia bisa mengandalkan Tuhan = hikmat manusia. Salah satu kelemahan terbesar manusia adalah cenderung merasa diri sendiri bijak (keminter - bahasa jawa). Akibatnya, manusia juga cenderung mencari jalan keluarnya sendiri.
Amsal 3:7, “Janganlah engkau menganggap dirimu sendiri bijak, …” LAI
Hakim-hakim 21:25, “Pada zaman itu tidak ada raja di antara orang Israel; setiap orang berbuat apa yang benar menurut pandangannya sendiri.” LAI
Kecenderungan manusia yang seperti ini, bisa kita lihat dalam kisah Adam & Hawa setelah mereka makan buah dari pohon pengetahuan baik & jahat.
Dikisahkan, setelah makan buah pohon pengetahuan, Adam menyadari ketelanjangannya, lalu ia berusaha mengatasi ketelanjangannya dengan membuat 'pakaian' dari daun pohon ara. Anehnya, setelah Tuhan hadir di taman Eden, Tuhan membuatkan pakaian dari kulit binatang. Seakan pakaian 'rancangan' Adam tidak dapat menutupi ketelanjangan Adam & Hawa (Kejadian 3:7,21).
Pakaian dari daun pohon ara adalah solusi berdasarkan hikmat Adam sendiri, sedangkan pakaian dari kulit binatang solusi berdasarkan hikmat Tuhan. Dan bisa dipastikan pakaian rancangan Tuhan jauh lebih baik dari rancangan Adam. (Bila dilihat dari segi daya tahan, maka pakaian dari kulit binatang, akan lebih tahan lama. Di sisi lain, ketelanjangan Adam & Hawa adalah ketelanjangan jasmani juga rohani, hanya Tuhan yang bisa menutupi semuanya).
Sekali lagi, kecenderungan manusia bertindak/melangkah berdasarkan hikmat-nya sendiri pertama kali terlihat dalam kisah kejatuhan Adam & Hawa. Mengapa? Karena sejak makan buah pohon pengetahuan-lah manusia memiliki pengertian sendiri. Secara sederhana, khasiat dari buah pohon pengetahuan baik & jahat disebutkan di dua ayat berikut:
Kejadian 3:4-5, Tetapi ular itu berkata kepada perempuan itu: tetapi Allah mengetahui, bahwa pada waktu kamu memakannya matamu akan terbuka, dan kamu akan menjadi seperti Allah, tahu tentang yang baik dan yang jahat." LAI
Kejadian 3:7, "Maka terbukalah mata mereka berdua dan mereka tahu, bahwa mereka telanjang;" LAI
Buah pohon pengetahuan baik & jahat, bila dimakan akan 'membuka mata' (memberi pengertian). Memberikan pengertian tentang yang baik & jahat. Yang dimaksud dengan 'baik & jahat' di sini bukanlah sekedar 'baik & jahat'. Namun lebih luas dari itu. Berdasarkan bahasa asli Alkitab, kata "baik" berarti: baik, menyenangkan, cocok/serasi, sempurna, unggul, berharga, terbaik, benar, subur, dsb. Dengan kata lain, buah pohon pengetahuan memberikan kemampuan kepada manusia mengetahui, membedakan dan menentukan mana yang baik & tidak, mana yang menyenangkan & yang tidak menyenangkan, mana yang benar & yang salah, mana yang subur dan dan yang tidak subur dan seterusnya. Dan perlu diketahui, mengetahui tentang yang baik & jahat adalah salah satu kemampuan Tuhan.
Kejadian 3:22, Berfirmanlah TUHAN Allah: "Sesungguhnya manusia itu telah menjadi seperti salah satu dari Kita, tahu tentang yang baik dan yang jahat;" LAI
Bila Tuhan yang memiliki kemampuan 'mengetahui/mengerti tentang yang baik & jahat', itu bukan masalah. Tapi bila manusia yang memiliki kemampuan tersebut maka akan menjadi masalah. Sejak makan buah pohon pengetahuan, manusia mampu menilai sekaligus menentukan mana yang baik dan mana yang jahat tanpa pertolongan Tuhan, dan berdasarkan standartnya sendiri. Segala sesuatu dinilai dari sudut pandangnya manusia sendiri. Akibatnya, manusia cenderung berjalan tanpa hikmat Tuhan. Keadaan manusia yang seperti ini sangat membahayakan.
Seperti yang kita ketahui, ada banyak hal yang tidak dapat diketahui manusia. Karena manusia hanyalah ciptaan, ia tidak maha tahu. Sedangkan kemampuan mengenali/membedakan mana yang baik & jahat haruslah dilengkapi dengan ke-mahatahuan (itu sebabnya disebutkan di atas, bila Tuhan yang memiliki kemampuan 'mengetahui/mengerti tentang yang baik & jahat', itu bukan masalah). Anda bisa banyangkan, apa yang akan terjadi bila seorang tentara buta berjalan di sebuah daerah 'ladang' ranjau. Di dalam hidup di dunia ini, ada banyak ranjau menghadang kita. Ada ranjau yang tidak begitu mematikan & ada ranjau yang sangat mematikan. Untuk dapat luput dari ranjau-ranjau tersebut dibutuhkan penilaian serta keputusan yang akurat. Masalahnya, tidak ada tekhnologi (detektor) yang cukup canggih untuk mendeteksi ranjau-ranjau kehidupan. Dibutuhkan pribadi yang maha tahu yang menuntun kita melewati setiap ranjau dengan selamat.
Bersandar atau mengandalkan Tuhan yang Maha Tahu, berarti memberi tempat kepada Tuhan untuk memimpin serta mengarahkan hidup kita. Manusia yang cenderung hidup dalam pengertiannya sendiri tidak akan mengalami kemenangan yang lengkap dan sempurna. Akibatnya, kepuasan hidup yang penuh (sejati) juga tidak akan pernah dapat diraih. Saran saya, andalkan Tuhan sepenuhnya.
Khasiat buah pohon pengetahuan baik & jahat masih terasa dalam setiap manusia hingga kini. Karena khasiat tersebut diwariskan secara alamiah pada setiap manusia yang berasal dari Adam & Hawa. Tanpa disadari banyak orang termasuk orang kristen sekalipun, kemampuan mengetahui, membedakan dan menentukan mana yang baik & jahat, bukanlah sesuatu yang harus dipertahankan. Cara satu-satunya untuk menanggulangi khasiat buah pohon pengetahuan adalah dengan mendapatkan hikmat Allah. Sama seperti buah pohon pengetahuan sanggup membuka mata, demikian juga hikmat Tuhan.
Efesus 1:17-18, "... dan meminta kepada Allah Tuhan kita Yesus Kristus, yaitu Bapa yang mulia itu, supaya Ia memberikan kepadamu Roh hikmat dan wahyu untuk mengenal Dia dengan benar. Dan supaya Ia menjadikan mata hatimu terang, ..." LAI
Karenanya, kita tidak bisa lepas dari hikmat Tuhan. Kita harus terus menjaga diri agar tidak kekurangan hikmat. Bahkan kita harus terus bertumbuh dalam hikmat Tuhan. Bahkan raja Salomo pun terus menambah hikmat:
Pengkotbah 1:16, Aku berkata dalam hati: "Lihatlah, aku telah memperbesar dan menambah hikmat lebih dari pada semua orang yang memerintah atas Yerusalem sebelum aku, dan hatiku telah memperoleh banyak hikmat dan pengetahuan." LAI
Dan untuk mendapat hikmat, mintalah kepada Tuhan dengan hati yang haus >> Yakobus 1:5; Amsal 2:4-6, kemudian bacalah firman senantiasa agar mengalami pertambahan hikmat >> 2Timotius 3:15.
Loading...
0 comments:
Post a Comment