Di saat berpidato di perayaan ulang tahun partai Gerindra yang baru lalu, pak Prabowo bereaksi negatif terhadap kritik-kritik pada kabinet 'gemuk' yang dibentuk-nya. Lantaran jumlah personil dalam kabinet lebih dari 100 orang yang pasti akan membebani APBN 2025 yang sudah defisit.
Jadi, kritik-kritik tersebut bisa dimaklumi. Sayangnya pak Prabowo mengatakan 'ndasmu' sebagai reaksi balik. Sebuah reaksi balik yang kontradiktif terhadap pernyataan lain yang ia ucapkan dalam pidato yang sama. Dalam pidato-nya pak Prabowo juga menyampaikan bahwa pemerintah siap dikritik dan diberi masukan.
Seorang bijak suatu kali menyatakan: "Banyak rencana gagal karena kurangnya penasihat; penasihat-penasihat membawa keberhasilan." Salahsatu jenis penasehat yang perlu kita pertimbangkan untuk kita terima adalah pengkritik. Karena tidak semua pengkritik itu jahat. Bahkan mungkin ada pengkritik yang justru dapat membantu kita mewujudkan rencana kita. Di dalam kritik-kritik mereka terkandung masukan-masukan yang baik.
Memang tidak semua kritik itu baik. Kritik yang buruk mungkin datang dari orang-orang yang senang bila kita gagal. Kritik nereka bisa kita abaikan. Namun orang-orang yang memberikan kritik yang membangun justru bisa dijadikan 'koleksi' penasehat kita.
Bila kita seorang pemimpin maka sebaiknya jangan pernah alergi terhadap kritik membangun yang tajam. Jangan pula menjauhi para pengkritik yang peduli pada keberhasilan kita.
(Seorang pemimpin yang matang pasti mempunyai kemampuan untuk menganalisa dan mengelola berbagai kritik yang datang padanya.)
Di awal pemerintahannya, terlihat sekali pak Prabowo cenderung 'mengoleksi' pendukung oportunis dan 'yes men'. Sebaliknya ia cenderung mengabaikan para pengkritik baik yang mengkritik langkah dan kebijakannya. Sehingga beberapa pengamat menilai bahwa gaya pemerintahan pak Prabowo adalah otoriter atau otoriterianisme. Masalahnya, di negara demokrasi seperti Indonesia, pemerintahan otoritarianisme justeru akan merusak demokrasi.
(Otoritarianisme biasa disebut juga sebagai paham politik otoriter, yaitu bentuk pemerintahan yang bercirikan penekanan kekuasaan hanya pada negara atau pribadi tertentu, tanpa melihat derajat kebebasan individu. - Wikipedia)
Gaya pemerintahan otoritarianisme sebetulnya secara bertahap mulai diterapkan Pak Jokowi di periode kedua pemerintahannya. Sehingga pada akhirnya menuai banyak kritik, protes dan demonstrasi yang semuanya diabaikan pak Jokowi.
Di pemerintahan pak Prabowo gaya otoritarianisme dilanjutkan. Akibatnya baru 100 hari pemerintahan sudah mendapat demo besar, demonstrasi 'Indonesia gelap'. Demo yang berisi protes dan kritikan terhadap beberapa keputusan serta kebijakan beliau yang berdampak negatif pada masyarakat. Sayangnya respon pak Prabowo tidak menunjukkan empati terhadap penderitaan-penderitaan rakyat.
Para pengkritik yang baik sebenarnya bisa jadi salahsatu jenis penasehat yang bisa membuat pak Prabowo menjadi pemimpin yang lebih bijaksana. Bijak dalam membuat banyak keputusan dan menyelesaikan berbagai masalah bangsa.
Pengkotbah 10:10, "Jika besi menjadi tumpul dan dia tidak mengasah permukaannya, maka dia harus mengeluarkan lebih banyak tenaga, namun kebijaksanaan adalah yang terutama yang membuat berhasil."
Ayat di atas ditulis oleh raja Salomo yang terkenal sebagai raja yang sangat bijaksana. Seluruh dunia mengetahui hal itu dan mengakuinya. Konon para raja dan ratu berusaha menemui raja Salomo untuk mendengar kalimat-kalimat bijaknya. Bahkan mereka pun rela memberi upeti baik itu berupa harta benda atau hasil bumi. Hingga kekayaan raja Salomo kian bertambah.
Karena menjalankan pemerintahan dengan kebijaksanaan, maka di masa pemerintahan raja Salomo bangsa Yahudi mencapai puncak kejayaannya. Kelas ekonomi rakyat Yahudi adalah kelas menengah-atas. Wilayah kekuasaan kerajaan Israel juga makin luas.
Dengan kata lain, kebijaksanaan raja Salomo berdampak luarbiasa baik terhadap rakyatnya juga bangsa-bangsa di dunia.
Saya percaya, bila pak Prabowo menjadi presiden yang bijaksana, bukan tidak mungkin beliau akan berhasil di pemerintahan-nya seperti raja Salomo.
(Ada sebuah fakta ... banyak orang di dunia -- bahkan sampai hari ini -- menjadi berhasil karena menerapkan prinsip-prinsip keberhasilan yang diajarkan raja Salomo)
Akhir kata ...
Kebijaksanaan merupakan unsur penting yang harus dimiliki seorang pemimpin sebuah bangsa seperti pak Prabowo, apalagi ditengah berbagai krisis di dunia sekarang ini. Ada banyak tantangan yang tidak bisa dihindari, Indonesia harus menghadapi dan menaklukkannya.
Rakyat berharap pak Prabowo juga berhasil mengatasi masalah ekonomi bangsa, dan memimpin rakyat Indonesia memasuki kemakmuran, atau paling tidak ... berhasil membangun fondasi kemakmuran yang kemudian dilanjutkan oleh presiden berikutnya.
Apakah pak Prabowo bisa menjadi pemimpin yang berhasil?? Bila respon beliau terhadap para pengkritik baik tidak kunjung berubah, saya ragu ....
penulis: Yohanes Prima