Seorang wanita tua memiliki sebuah cermin ajaib, yang selalu dapat menghibur dirinya di masa tuanya. Setiap kali ia bercermin, ia tidak melihat wajah tuanya yang penuh keriput, melainkan seraut wajah muda nan cantik. Ketika muda, ia memang seorang wanita yang banyak dipuja kaum pria karena kecantikannya. Dan kini setelah tua, ia tidak dapat menerima kenyataan bahwa ia telah tua, kecantikannya telah jauh memudar.
Si wanita tua tidak menyukai cermin biasa yang selalu memperlihatkan keadaan wajahnya yang sebenarnya. Ia lebih suka ditipu oleh cermin ajaib, yang selalu memperlihatkan kebenaran palsu.
Tahukah Anda, serupa dengan wanita tua di atas, kebanyakan manusia lebih suka menyembunyikan keadaan diri yang sebenarnya? Mereka lebih menyukai pujian yang berisi kebenaran palsu tentang diri mereka, ketimbang teguran yang berisi kebenaran sejati tentang diri mereka.
Akan tetapi, kehendak Tuhan bagi umat-Nya adalah, menyukai teguran.
Amsal 12:1, "Siapa mencintai didikan, mencintai pengetahuan; tetapi siapa membenci teguran, adalah dungu."
Acapkali kita kurang bisa menerima sebuah teguran, karena dalam sebuah teguran kita akan melihat kesalahan kita, atau kenyataan bahwa kita telah melakukan kesalahan. Seakan-akan, mendapat teguran sama seperti diperhadapkan pada sebuah cermin yang memperlihatkan bagaimana 'wajah' kita yang sebenarnya.
Teguran, kata ini dalam kata ibrani berarti "correction". Tentu Anda tahu arti "koreksi". Di dalam sebuah teguran atau koreksi, memang terkandung dua hal, pertama kebenaran yang menyatakan bahwa sikap, perkataan atau perbuatan kita salah; kedua, kebenaran yang mengarahkan kita kepada sikap, perkataan atau perbuatan yang benar. Teguran memang selalu bersifat mendidik orang dalam kebenaran. Pada dasarnya, bila kita menerima sebuah teguran dengan lapang dada, dan mau berubah karenanya, kita akan menjadi manusia yang lebih baik. Sehingga, nilai diri kita juga akan menjadi lebih 'tinggi'. Maka tidaklah mengherankan bila Alkitab mengatakan, orang yang membenci teguran, adalah dungu (bodoh).
Amsal 15:32, "Orang yang tidak mau dinasihati, tidak menghargai diri sendiri; orang yang mau menerima teguran, menjadi berbudi."
Bila seseorang menghargai diri sendiri, tentu ia akan selalu rindu menjadi lebih baik esok hari, rindu mengalami perubahan dari hari ke hari. Dan salah satu cara agar kita mengalami perubahan ke arah yang lebih baik adalah dengan rela ditegur. Memang harus diakui, tidak semua teguran bermutu baik. Teguran yang bermutu baik, sekalipun menyakitkan selalu memimpin pada kehidupan.
Amsal 13:20, "Siapa bergaul dengan orang bijak menjadi bijak, tetapi siapa berteman dengan orang bebal menjadi malang."
Amsal 25:12, "Teguran orang yang bijak adalah seperti cincin emas dan hiasan kencana untuk telinga yang mendengar."
Tips sederhana agar Anda senantiasa mendapatkan teguran-teguran bermutu: miliki komunitas yang terdiri dari orang-orang bijak. Orang-orang bijak adalah orang-orang yang memiliki hikmat Tuhan. Mereka adalah para 'perenung' & pelaku firman. Teguran mereka berisi hikmat yang berharga, yang dapat membuat hidup mereka yang mau mendengarnya menjadi berharga.
Yang pasti, para orang bijak tidak akan memberikan kepada Anda 'cermin ajaib'.
0 comments:
Post a Comment