KEMENANGAN YANG CACAT


Hakim-hakim 16:30, Berkatalah Simson: "Biarlah kiranya aku mati bersama-sama orang Filistin ini." Lalu membungkuklah ia sekuat-kuatnya, maka rubuhlah rumah itu menimpa raja-raja kota itu dan seluruh orang banyak yang ada di dalamnya. Yang mati dibunuhnya pada waktu matinya itu lebih banyak dari pada yang dibunuhnya pada waktu hidupnya.

Sebuah kemenangan besar diperoleh Simson di akhir hidupnya, bahkan melampaui semua kemenangan yang pernah diraihnya. Sayangnya, kemenangan tersebut harus dibayar dengan nyawanya sendiri. Kemenangan jenis ini, kemenangan yang tidak sempurna alias cacat. Pertanyaannya adalah, apakah Tuhan memang menghendaki kemenangan cacat ini? Bisakah Simson memperoleh kemenangan yang lebih baik? Tuhan memang menghendaki Simson mengalami kemenangan, tapi bukan jenis yang cacat.

Kemenangan cacat Simson tersebut, diawali oleh sebuah kekalahan, ia gagal menjaga 'rahasia kekuatannya'. Namun, kekalahan itu sendiri disebabkan oleh nafsunya pada seorang wanita cantik bernama Delilah, seorang wanita Filistin (musuh bangsa Israel). Masalah Simson satu-satunya adalah, penguasaan diri. Ia tidak belajar menguasai nafsunya sedemikian rupa, sehingga nafsu makin mengendalikan dirinya. Bisa Anda bayangkan, Simson adalah jenis pahlawan dengan dua warna, warna pertama, ia seorang pahlawan yang dibangkitkan Tuhan bagi bangsa Israel, namun warna kedua, ia seorang pecundang yang selalu kalah oleh nafsunya sendiri.


Hakim-hakim 16:4, "Sesudah itu Simson jatuh cinta kepada seorang perempuan dari lembah Sorek yang namanya Delila."

Hakim-hakim 16:17 Maka diceritakannyalah kepadanya segala isi hatinya, katanya: "Kepalaku tidak pernah kena pisau cukur, sebab sejak dari kandungan ibuku aku ini seorang nazir Allah. Jika kepalaku dicukur, maka kekuatanku akan lenyap dari padaku, dan aku menjadi lemah dan sama seperti orang-orang lain."

Ironisnya, Alkitab menyebutkan, Delilah dijadikan sebagai 'senjata rahasia' oleh raja-raja bangsa Filistin, yang diutus untuk melunturkan kekuatan Simson. Tanpa disadari Simson, ia telah memacari sebuah 'senjata rahasia'.

Hakim-hakim 16:5, Lalu datanglah raja-raja kota orang Filistin kepada perempuan itu sambil berkata: "Cobalah bujuk dia untuk mengetahui karena apakah kekuatannya demikian besar, dan dengan apakah kami dapat mengalahkan dia dan mengikat dia untuk menundukkannya. Maka kami masing-masing akan memberikan seribu seratus uang perak kepadamu."

Raja-raja Filistin sangat yakin bahwa sang 'senjata rahasia' akan berhasil menjalankan misinya, mengapa? Karena mereka telah mengenali kelemahan utama Simson. Salah satu strategi perang untuk mengalahkan musuh adalah, kenali kelemahan utama sang musuh. Sayangnya, Simson sendiri tidak terlalu mengenali kelemahannya.

Strategi yang sama, yang digunakan bangsa Filistin juga digunakan iblis dari dulu hingga kini. Iblis selalu akan memanfaatkan kelemahan kita sendiri untuk membuat kita melanggar firman. Bila Anda seorang pemarah, maka iblis akan merangsang Anda untuk untuk berdosa karena marah. Bila Anda seorang pembohong, maka iblis akan merangsang Anda untuk selalu membohongi orang lain. Begitu seterusnya.

1 Petrus 5:8, "Sadarlah dan berjaga-jagalah! Lawanmu, si Iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya."

Tahukah Anda salah satu kegiatan rutin Iblis? Ya, ia berkeliling dunia tanpa lelah (ia adalah mahluk rohani) & mencari orang-orang yang dapat ditelannya. Kenyataannya, tidak semua orang dapat ditelan iblis. Ia harus mencarinya. Pertanyaannya, siapakah yang dapat ditelan oleh iblis? Rasul Petrus memperingatkan juga menegaskan, bahwa selama kita "sadar & berjaga-jaga", iblis tidak akan pernah melihat kesempatan untuk menelan kita. Selain selalu berjaga-jaga, kita juga harus selalu dalam keadaan "sadar", apa maksudnya? Kata "sadar" di sini, berdasarkan kata aslinya (Yunani) berarti 'menguasai diri'. Kegagalan utama Simson adalah penguasaan diri. Kematiannya memang disertai kemenangan besar, namun juga memberi pelajaran pada mereka yang mengetahui kisah hidupnya bahwa bila gagal menguasai diri, konsekuensinya bisa saja fatal bahkan berujung pada maut.

poin hikmat: kemenangan yang cacat adalah kemenangan yang diawali dengan kekalahan dan selalu ada harga yang mahal yang harus dibayar untuk meraihnya.


Share on Google Plus

About Yedija Prima

    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 comments:

Post a Comment