UNITY & TRANSFORMASI


Pada dasarnya Allah sangat menyukai kesatuan, bahkan bila kesatuan tersebut Ia temukan dalam sekelompok orang dunia sekalipun. Kenyataannya, ketika Allah melihat kesatuan yang ada di antara masyarakat/bangsa di bumi yang (pada waktu itu) sedang membangun kota dan menara babel, Ia memuji kebersatuan mereka dengan berkata, “Mereka ini satu bangsa dengan satu bahasa untuk semuanya. Ini barulah permulaan usaha mereka; mulai dari sekarang apapun juga yang mereka rencanakan, tidak ada yang tidak akan dapat terlaksana.” (Kejadian 11:6)
Alkitab mengatakan bahwa yang menyatukan mereka adalah bahasa mereka yang sama (satu bahasa), serta mereka mempunyai satu tujuan/visi yang sama, yaitu mendirikan kota dan menara yang tngginya sampai ke langit (Kejadian 11:4). Namun karena tujuan mereka bertentangan dengan kehendak Allah maka Allah menyerakkan mereka ke berbagai arah dengan mengacaukan bahasa mereka.

Mazmur 133:1,3b, “Sungguh, alangkah baiknya dan indahnya, apabila saudara-saudara diam bersama dengan rukun (in unity – KJV)! … Sebab ke sanalah Tuhan memerintahkan berkat, kehidupan untuk selama-lamanya.”

Di pandangan Tuhan, kesatuan dari umat Allah merupakan sesuatu  yang indah dan baik. Dengan kata lain, salah satu hal yang menyenangkan hati Allah dari umat-Nya adalah kesatuan mereka. Sehingga Allah menjadikan mereka alamat berkat dan kehidupan yang Ia perintahkan.
Sebelum peristiwa penangkapan Tuhan Yesus di taman Getsemani, Tuhan Yesus berdoa kepada Bapa-Nya. Dan salah satu yang Ia doakan adalah “supaya mereka semua (umat Allah) menjadi satu”. Alasannya, “supaya dunia percaya” bahwa Bapa-lah yang telah mengutus Yesus ke dalam dunia (Yohanes 17:20-21). Rupanya perpecahan dalam umat/gereja Tuhan menjadi penghalang besar yang menutupi mata dunia untuk percaya bahwa Yesus telah datang sebagai Jalan, kebenaran, dan Hidup.
Dari setiap peristiwa transformasi di berbagai tempat di belahan bumi ini menunjukkan, bahwa salah satu dampak transformasi adalah penuaian jiwa yang besar. Dan itu betul-betul menjungkirbalikkan dan membinasakan kerajaan iblis di setiap tempat tersebut. Sehingga, transformasi negeri merupakan mimpi buruk bagi iblis. Itu sebabnya, salah satu strategi terbesar yang ia pakai untuk menghalangi terjadinya  transformasi di sebuah negeri, adalah dengan menimbulkan perpecahan di antara umat Allah di negeri tersebut. Perhatikan hal ini Saudara, perpecahan yang ditimbulkan iblis bukan di antara orang dunia, tapi di antara umat Allah.  Kesatuan umat yang Tuhan kehendaki bukanlah kesatuan yang palsu atau semu, melainkan yang sejati. Kesatuan yang sejati bukanlah kesatuan yang terbentuk atau dibentuk oleh kesukuan, denominasi, doktrin, serta organisasi yang sama semata, walaupun hal itu sah-sah saja. Namun kesatuan yang sejati dibentuk oleh unsur-unsur yang illahi/kekal sehingga sanggup melampaui faktor-faktor tersebut di atas. Kesatuan bukan berarti harus memiliki seragam, identitas yang sama. Bahkan seringkali perpecahan justru menjadi sesuatu yang terselubung di balik seragam dan identitas. Kemudian menjadi “bom waktu” yang akan meledak pada waktunya. Atau ia ibarat api yang menjalar dengan cepat di bawah sebuah bangunan dan meruntuhkannya.Kata “rukun” dalam Mazmur 133:1 di atas, dalam The Holy Bible King James Version (KJV) dipakai kata unity. Berdasarkan arti kamus-nya, kata “unity” berarti, persatuan, kesatuan, keharmonisan, suatu keadaan menjadi satu, kesatuan dari pikiran atau perasaan sejumlah orang. Lebih luas diartikan: perasaan bersatu ketika banyak orang membentuk satu kelompok besar mempunyai tujuan dan perasaan yang sama. Kata yang sinonim dengan “unity” adalah kata “union”, yang artinya, keadaan bergabung di dalam suatu kelompok untuk mencapai tujuan tertentu. Maka, sebuah kesatuan tidak bisa sekedar ramah tamah atau basa basi.

Pola kehidupan yang diwarnai kesatuan, ada dalam kehidupan jemaat mula-mula. Dikatakan, mereka “tetap bersatu” (Kisah para rasul 2:44a), “sehati dan sejiwa” (Kisah para rasul 4:32a). Pola kehidupan yang sedemikian itu membuat Tuhan “menambah jumlah mereka dengan orang yang diselamatkan” (Kisah para rasul 2:47).
Kesatuan yang sejati selalu melibatkan hati dan jiwa (pikiran, perasaan, kehendak).
Untuk bangkit dalam hal unity, gereja Tuhan harus kembali pada kasih dan pikiran Kristus. Karena kasih dan pikiran Kristus adalah bahasa (unsur-unsur illahi) yang menyatukan umat/gereja Tuhan yang telah dibeli Kristus dengan darah-Nya dari tiap-tiap suku dan bahasa dan kaum dan bangsa (Wahyu 5:9). Hati dan jiwa kita harus dipenuhi kasih dan pikiran Kritus. Kemudian untuk memelihara kesatuan, yang harus kita lakukan adalah:

1. Hidup menurut keinginan Roh Kudus. Dengan hidup menurut keinginan Roh kita tidak akan menuruti keinginan daging. Karena, roh perpecahan yang keluar dari neraka akan berhasil memecah belah kita bila kita masih hidup dalam keinginan daging.
Keinginan daging yang mendukung roh perpecahan:
> Perseteruan (echthra). Menaruh kebencian, maksud buruk dan jahat terhadap orang lain, menaruh dendam
> Perselisihan (eris). Ketidak-cocokan, pertentangan, perkelahian, permusuhan pendapat
> Iri hati (zeloi). Perasaan dengki dan benci terhadap hasil pekerjaan orang lain; merasa diri disaingi
> Amarah (thumos). Menaruh rasa marah yang terus menerus, dendam, dan kegusaran hati yang sangat mendalam dan mendongkol
> Percideraan (eritheia). Menimbulkan pertentangan dan perpecahan, mengidap perasaan balas dendam terhadap orang lain. Suka berbantah-bantah
> Roh pemecah (dichostisia). Melakukan usaha pecah belah persatuan dan persaudaraan, serta menimbulkan perpecahan di kalangan sesamanya
> Mementingkan diri sendiri (phtonoi). Nafsu dan hasrat yang rendah dan tidak baik, karena mementingkan diri dan mencari kepuasan diri sendiri dengan mengesampingkan kepentingan orang lain.

2. Menjaga hati dengan Segala Kewaspadaan. Cara gereja/umat  Tuhan untuk membuat dunia ini percaya bahwa Yesus adalah utusan Allah yang diutus ke dunia ini untuk menyelamatkannya dari hukuman adalah dengan menjadi satu. Gereja yang di dalamnya ada perpecahan tidak mempunyai kekuatan untuk menyatakan bahwa Yesus adalah utusan Allah, iblis berhasil membuat gereja tersebut tidak berdaya. Agar benih-benih perpecahan tidak tumbuh subur dalam gereja, maka umat Tuhan harus menjaga hatinya dari segala iri hati, gosip, sakit hati (dan sebagainya) terhadap sesama saudara.

Share on Google Plus

About Yedija Prima

    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 comments:

Post a Comment